Selamat
Suatu hari, seorang pria datang ke kamar kosku, dia
menawarkan diri untuk masuk, menjagaku dari jarak dekat. Aku menolak, untuk
apa? Kamar kosku sudah dilengkapi kunci dan trails. di depan, satpam kos
bersiaga 24 jam penuh (meski dengan banyak toleransi). Dia tersenyum tulus
menjawab penolakan.
“Kalau begitu,
aku akan tunggu kamu di luar, di sini” katanya. Aku mengerenyit “Untuk apa?”
dia lagi-lagi menjawab dengan senyum.
Aku memutuskan untuk membiarkannya, masuk ke dalam dan
menganggapnya tidak ada. Dia adalah laki-laki pertama yang mengetuk pintu
kosku, tentu, dengan kenyataan itu dia juga orang pertama yang menawarkan
penjagaan. Yang buatku mengerenyit, aku bahkan tidak tahu dia siapa. Ini
pertama kalinya kami bertemu. Anehnya, aku sama sekali tidak takut. Dia tampan,
dan aura yang terpancar dari matanya membuatku teduh. aku bisa saja
mempersilahkannya masuk kalau kamarku sedang tidak berantakan (sekali) dan
berdebu.
Sekitar pukul sepuluh malam, aku mengintip ke luar
jendela, tak ada siapapun di sana. Aku keluar dan buru-buru menuju pos satpam.
Ada yang tidak beres. Aku bertanya kepada satpam apakah dia melihat seorang
laki-laki dengan tinggi sekitar 180 cm, memiliki rahang tegas dan beralis
tebal, Pak Satpam menggeleng.
“Itu pacarnya, neng? Saya mah dari tadi gak liat cowo
yang masuk” kata Pak Edy, lalu menyeruput kopi hitam dengan rokok di tangan
kirinya.
“Serius bapak gak
lihat?” aku setengah tidak percaya. Dia datang mengetuk pintu kos ku
lewat puku delapan, sekitar pukul sepuluh aku dusah tidak melihatnya lagi. apa
dia.. pencuri?
“oke pak.. anak-anak kos aman pak?”
“Alhamdulillah, ga ada apa apa kayanya”
“makasih pak” lalu aku akhiri percakapan kami.
Aku kembali ke kamarku dan berbaring. Memikirkan pria
tampan yang baru saja bertandang menawarkan bala bantuan. Ada yang aneh.
Semalaman, aku tak bisa tidur, aku menutup pintu dan jendela rapat-rapat,
menguncinya dua kali. Aku punya firasat aneh mengenai ini. Kalau diingat lagi,
mata teduh itu juga terliihat begitu… gelap. Tak bercahaya.
***
Dua hari setelahnya, kosanku geger
karena perempuan yang tinggal di lantai dua ditemukan tak bernyawa dengan
bersimbah darah. Sepertinya telah terjadi pemerkosaan yang diakhiri pembunuhan.
Yang membuat semuanya terdengar menakutkan adalah tanda silang dari darah yang
tertera jelas dan besar di dahinya dan lengan kananya memegang pisau berlumuran
darah yang juga memiliki tanda silang di pegangannya. Aku bergidik ngeri.
Saat aku kembali ke kamar, aku
menemukan sarung belati hitam yang bertanda silang persis seperti pada pisau
yang digenggam korban. Sarung tersebut tergeletak disamping kursi bekas lelaki
tampan yang hilang secara misterius itu duduk.
Apa
aku baru saja selamat?
Komentar
Posting Komentar