Tak Tersampaikan

Ini adalah pesan yang tak pernah tersampaikan. pesan dari detak jantungku yang belakagan ini ketukannya lebih kecang ketika pantulan cahaya dari tubuhmu tertangkap oleh pupil mataku. Ini adalah pesan dari paru-paru ku yang sesak, yang kapasitas udaranya tiba-tiba mengecil ketika mulutmu mengeluarkan gelombang dan tertangkap oleh indra pendengaranku.

Kamu, yang selalu berjalan dengan langkah besar, menggendong tas berwarna hitam-merah yang jahitan tali tangan sebelah kanannya sudah sedikit terlepas. dengan ponsel pintar berwarna hitam yang kamu pegang, matamu menatap lurus ke layar, tapi langkahmu pasti. kamu memang berotak jenius. masa lalu mu bilang, kamu adalah si 'otak komputer'.

kamu tidak menyadari, bahwa seratus meter dari sana ada sepasang mata yang selalu mengawasi gerak gerikmu. Dia adalah aku, orang yang selalu mencari tahu tentang dirimu, selalu menyebutmu dalam doa di setiap sujud di tengah malam. Dia adalah aku, yang selalu mencandu pada wangi sabun lifeboy bercampur parfum casablanka warna biru, Dia adalah aku, yang selalu menunggu kamu tersenyum, memperlihatkan deretan gigimu yang tidak rapi. Senyumanmu adalah hal terbaik yang di setiap pagi di pintu kelas paling pojok.

Aku mencandumu. Mencandu pada setiap gerak-gerikmu, bahkan yang aku benci sekalipun. Kamu memiliki efek seperti zat adiktif yang membuatku melayang-layang, tersenyum, dan menangis secar tiba-tiba.
Namamu menggema dalam setiap pantulan sepatuku yang menyentuh tanah, keluar sebanyak hembusan nafas, masuk ke dalam paru-paru dan ikut mengalir ke seluruh tubuh dengan darah dan oksigen. Aku takut, bahwa mencintaimu adalah musyrik. Aku takut, aku tidak sanggup menahan gejolak dan menyekutukan cinta-Nya dengan mu.
Kamu, lelaki dengan jangkung 177 cm, yang sangat tampan ketika alismu berkerut karena serius mengerjakan sesuatu. Kamu yang kulitnya sensitiv akan sentuhan, tapi akan tiba-tiba tidak merasakan apa-apa ketika sedang fokus akan satu hal. Kamu adalah orang yang berfokus tinggi. Aku selalu diam-diam memotret, mengabadikan setiap ekspresi wajahmu.

Kamu yang selalu duduk di pojok kelas, yang asyik dengan segala perangkat elektronikmu itu. Sampai sekarang, aku masih tertawa ketika aku mengingat bahwa kamu pernah mengacak ngacak server sekolah dan tidak dapat mengembalikannya. Atau ketika kamu meng-hack laporan studimu, karena takut nilai 45-mu sampai kepada ibumu. IQ 131-mu, tidak menolong banyak.

Kamu, yang menyimpan sejuta rasa dalam ekspresimu yang datar, yang akan lebih banyak tertidur ketika bersedih. Kamu tidak bisa menghapus sebuah nama dalam hatimu. Kamu menyadari, kamu terlalu memahatnya dalam-dalam di hatimu, hingga kamu tak mampu menghapus jejaknya. Kmau yang terus berjalan meski terus memandangi kaca sepion, sampai tak bisa menyadari, seseorang tengah menunggumu di persimpangan jalan.

Kamu sudah jauh meninggalkannya, tapi aku tahu, kamu tak pernah benar-benar bisa melupakan. Matamu yang memicing dan bibirmu yang sedikit mengkerut saat mendengar namanya, cukup membuat gambaran bagiku. Kamu, belum melupakannya.

Dalam tulisan ini, terselip doa dalam hati "semoga, matamu bisa menatap ke depan. Meskipun, tak pernah bisa aku masuk ke daerah jangkauan pandang mu, tapi lihatlah lurus ke depan. Kaca sepion itu hanya agar kamu berhati-hati".

Aku mencintaimu, dan sulit sekali untuk melupakan. Meskipun ribuan memori telah masuk, menumpuk, dan berantakan seperti meja belajar-ku tadi sore. Tapi semua memori tentang kamu, telah di arsip dengan map yang berlapiskan ema, berkilau, dan terlihat dari jarak kejauhan. sehingga, otakku dengan mudah menemukan map itu, tanpa harus terjadi kekacauan.

Aku mencintaimu, dan sulit sekali melupakan. dan dengan teori yang sama, kamu mencintainya, dan juga sulit melupakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Cinta dalam Segenggam Cahaya #1

Tanyakan Apa